Artikel Tafsir I (satu)


ARTIKEL
KUMPULAN POIN-POIN PENTING DALAM KULIAH TAFSIR I (SATU)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir I
Dosen Pengampu:
Dra. Anisah Indriati, Msi.


Disusun Oleh :
MASDUQI   (10210105)

JURUSAN KOMUMIKASI DAN PENYIARAN ISLAM  (KPI).
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA 2012


Assalamualaikum Wr. Wb
Sebelunnya Saya minta Ma’af Kepada Ibu Anisah, karna saya tidak bisa mencantumkan atau menyerahkan makalah saya yang sebelumnya. Karna saya berfikiran ini semua sudah cukup mewakili dari tugas saya yang sebelumnya, selain itu saya juga kekurangan dana untuk mengprin makalah tersebut, saya berharap semua ini dapat mewakili dari makalah saya. Dan semoga Ibu Anisah memakluminya. Terima Kasih
Wassalamualaikum Wr.Wb

KATA PENGANTAR
Tiada kata yang sendah kata yang patut diucapkan sebagai hamba yang lemah kecuali kalimat syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat keimanan, kesehatan taufik serta hidayhnnya, sehingga penulis dalam mengerjakan tugas makalah Ilmu Komunikasi inibisa selesai dengan baik.

Sholawat dan Salam tetap tercurah limpahkan keharibaan baginda Rosulullah Muhammad SAW, yang telah menyelamatkan kita dari alam kegelapan, kebodohan, menuju alam yang penuh terang benderang, yakni Iman, Islam dan Ilmu.

Dalam Artikel ini, penulis mencoba memaparkan beberapa point penting yang berhubungan dengan Mata kuliah Tafsir.
Sebelumnya penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada banyak pihak yang telah membantu dan mendukung kehadiran Artikel ini, kepada Dosen pengampu Dra. Anisah Indriati, Msi. Yang dengan luar biasanya memberikan kami landasan pacu untuk terbang ke alam ilmu yang lebih tinggi dengan memahami Arti islam dan iman yang sesungguhnya, pada kawan sejawat di tim dan kelas Tafsir, dan pada seluruh pihak yang dengan keridhoaan mereka membantu kami.
Penulis sadar dalam penulisan Artikel ini banyaklah kekurangan dan tidaklah sempurna. Oleh sebab itu penulis berharap dukungan, dan masukannya untuk lebih baik lagi kedepannya.



HAKEKAT KEIMANAN
Makna Iman
Iman secara morfologi berasal dari kata āmana-yu’minu- îmānan, jika dipandang dari ulama’ alat versi kuffah yang artinya tashdiq (pembenaran). Sedangkan pemaknaan secara terminologi iman berarti
“membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan”
Ini merupakan pendapat jumhur ulama’. Dan imam syafi’i meriwayatkan ijma’ para sahabat, tabi’in dan orang-orang ssesudah mereka dengan pengertian tersebut.
v  Hakikat Iman

Keimanan sebenarnya merupakan sebuah graduasi terhadap penyerahan diri kepada Allah (istislam) dan proses pengakuan Allah sebagai tuhan semesta alam yang memiliki rasul utusan di bumi untuk menyebarkan syariat Nya (Muhammad Saw.). keimanan seseorang berawal dari “aslama”, “muslim”, “amanna”, “mu’min” dan jika ingin lebih tinggi lagi maka ditambah “muhsin”. Ini seperti sabda Allah pada surat al-Hujurat:14:]

“Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Berdasarkan ayat diatas Islam dan iman jika bertemu dalam satu tempat maka islam ditafsirkan dengan amalan lahriah dan iman difahami sebagai keyakinan batin. Tapi jika tidak (tidak beriringan) maka iman di maknai dengan keyakinan serta amal perbuatan.
v  Tanda Orang Beriman
Ø  Surath Al Anfal Ayat 2-4
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia."(QS.Al Anfal 2-4)

Ø  Surat An Nur Ayat 62
Sesungguhnya orang yang sebenamya beriman ialah yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan bilamana mereka ber­sama beliau menghadapi suatu urusan umum, tidaklah mereka, pergi saja sebelum memohon izinnya. Sesungguhnya orang­orang yang memohon izin ke­pada engkau, itulah orang yang sebenamya beriman kepada Allah dan Rasul. Maka apabila mereka memohonkan izin ke­pada engkau karena keperluan­ keperluan mereka, berikanlah izin kepada siapa yang engkau kehendaki di antara rriereka, dan mohonkanlah ampun untuk me­reka kepada Allah. Sesungguh nya Tuhan Allah Maha Peng­ampun dan Pemurah.
Dari Ayat tersebut telah jelas lah bahwa beberapa tanda-tanda orang yang benar-benar beriman kepada Allah adalah:
1.     Bila disebut nama Allah gemetarlah Hatinya
2.     Apabila Dibacakan Ayat-ayat Allah bertambahlah Imannya Mereka selalu bertawakal Kepada Allah
3.     Mendirikan Shalat
4.     Menafkahkan (berinfaq, shadaqoh)

Ø  Surath Al Hujurat Ayat 15
“ Sesungguhnya orang yang sebenarnya beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang- orang yang benar. (Al Hujurat: 15) “
Untuk menjadi orang yang beriman, ucapan itu mestilah dipelajari maksud dan tuntutannya, kemudian difahami, diyakini (tanpa ragu) dan dihayati untuk diamalkan. Keraguan seseorang yang mengucapkan dua kalimah syahadah sama ada tentang maksud kalimah itu atau tentang lain-lain rukun iman boleh berlaku dengan empat bentuk:
JAHIL - Seseorang yang tidak tahu tentang satu atau banyak persoalan-persoalan iman.
SYAK - Keyakinan 50%, keraguan 50%.
DZAN - Keyakinan 75%, keraguan 25%.
WAHAM - Keyakinan 25%, keraguan 75%.
Apabila persoalan iman seseorang ada dicelahi oleh jahil atau syak atau dzan atau waham, belumlah lagi ia dikatakan beriman. Sebaliknya, seseorang yang mengucapkan dua kalimah tauhid itu sebanyak 100% keyakinan, tanpa dicelahi oleh mana-mana satu dari empat, itulah dia orang yang beriman. Dan orang beginilah sahaja yang akan sanggup mengerjakan semua suruhan Allah dan meninggalkan semua larangan Allah.
Ø  surat At-Taubah ayat 71.
“Dan orang-orang Mukmin, lelaki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong sebagian yang lain, mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Mahabijaksana. (At-Taubah: 71).
Sifat-sifat ini harus lah diperiksa oleh setiap orang yang mengaku mukmin, termasuk diri kita.
Rasulullah saw bersabda, "Barang siapa melepaskan seorang mukmin dari kesusahan hidup di dunia, niscaya Allah akan melepaskan darinya kesusahan di hari kiamat, barang siapa memudahkan urusan (mukmin) yang sulit niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba, selama hamba itu senantiasa menolong saudaranya." (HR Muslim)
Sifat mukmin lain dalam At-Taubah 71 adalah amar ma'ruf nahi munkar. Ini juga termasuk tolong-menolong dalam kebaikan. Karena orientasi mukmin adalah akhirat, maka perlu ada bantuan dari mukimin yang lain untuk menyokong agar sampai di tujuan dengan selamat. Menolong mukmin yang menzholimi - seperti hadits di atas - pun termasuk dalam rangka amar ma'ruf nahi munkar.
itulah tanda-tanda orang yang benar-benar beriman selain tanda-tanda yang lain yang Allah Gambarkan dalam Al-Quran
Yang jadi renungan buat kita adalah sudahkah, pernahkah, kita ini bergetar atau atau bahkan menangis ketika disebut ayat-ayat Al Quran? atau justru kita tertawa terbahak-bahak padahal Al Quran menceritakan betapa pedihnya Azab Allah itu? semua jawabanya kembali kepada diri kita masing-masing, marikita introspeksi / muhasabah / evaluasi diri kita sebelum Allah yang turun tangan untuk mengevaluasi kita di Yaumul Akhir nanti.

CIRI-CIRI ORANG BERIMAN
Sahabat, sungguh sangat beruntung kita telah dipilih oleh Allah SWT sebagai seseorang yang memiliki Iman kepada-Nya. Semoga kita termasuk seseorang yang senantiasa bersyukur atas nikmat iman ini dan selalu berusaha agar iman ini bukan hanya sebagai hiasan bibir dan pemanis kata apalagi sekedar keyakinan hampa. Tapi sebuah keyakinan yang menghunjam dalam hati, diungkapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan tindak nyata. Karena hakikat iman menurut ulama AhluSunnah mencakup tiga hal yaitu :
At tasdiqu bil qalbi (membenarkan dengan hati)
Al qaulu bil lisan (melafalkan dengan lisan)
Al 'amalu bil arkaan/bil jawarlih (melaksanakan dengan segenap potensi 'anggota badan')
Ketiga hal itu tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, sehingga iman merupakan keyakinan dan amal. Bukan hanya angan - angan melainkan apa yang tertanam menghunjam di dalam sanubari dan dibenarkan oleh amal perbuatan.
Allah SWT telah memberikan gambaran yang cukup banyak mengenai karakteristik orang yang beriman di dalam Al Qur'an dan bagaimana beruntungnya mereka yang memiliki karakteristik tersebut karena Allah telah menjanjikan surga sebagai tempat kembalinya kelak. Salah satunya adalah dalam Q.S. Al Mu'minun ayat 1-11. Sahabat, mari kita sama - sama mentadabburi bagaimana karakteristik tersebut.
Allah berfirman dalam surah al-Mukminun ayat 1 – 11
1. Sungguh beruntunglah orang-orang beriman
2. (yaitu) orang yang khusuk dalam shalatnya
3. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari yang tiada berguna
4. Dan orang-orang yang membayar zakat
5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya
6. Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki,
1. maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
7. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-
2. orang yang melampaui batas
8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya
9. Dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya
10. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi
11. Yakni yang akan mewarisi surga firdaus. Mereka kekal di
Dalamnya
Dalam bebrapa Riwayat disebutkan
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Umar Ibnul Khattab, bahwa Rasululah bersabda:
“Laqad unzila ‘alayya ‘asyra ayatin, man aqoma hunna dakhala al-jannah (telah diturunkan kepadaku sepuluh ayat _ yang dimasuksud adalah ayat 1 sampai 10 surah al-Mukminun ini barang siapa mengerjakannya akan masuk surga)”
ada 5 Ciri-ciri Orang yang beriman menurut  Khalifah Utsman bin Affan yaitu :
1. Enggan bergaul sangat erat  kecuali dengan orang yang dapat memperbaiki agamanya dan mengendalikan syahwat dan lisanya.
2. Jika memperoleh dunia yang besar, dianggapnya sebagai beban dan ujian.
3. Jika ilmu agamanya bertambah walau sedikit saja, ia merasa sangat beruntung
4. Tidak mengisi perutnya secara penuh, meski dengan makanan yang halal karena khawatir tercampur barang haram.
5. Memandang semua orang sudah baik, sedang ia merasa dirinya masih kotor dan penuh dosa.

TIGA (3) GOLONGAN MANUSIA
Al-Qur’an itu adalah Kalamullah. Namun demikian, tetap saja ada banyak Manusia yang mengingkarinya. Siapa mereka ? sangat jelas dalam Al Quran Surah Al Baqarah, Allah menyebutkan secara rinci, bahwasannya ada tiga golongan manusia dalam menghadapi datangnya Al-Qur’an.
·         Orang Beriman/Mukmin (Al Baqarah : 2-5)
·         Orang Kafir (Al Baqarah : 6-7)
·         Orang Munafik (Al Baqarah : 8-20)

Golongan Mu’min
2:2 Kitab (Al Quraan) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
2:3 (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
2:4 dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quraan) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat
2:5 Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Golongan Kafir
2:6 Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.
2:7 Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.
Golongan Munafik
2:8 Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian ,” pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
2:9 Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
2:10 Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
2:11 Dan bila dikatakan kepada mereka:”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”
2:12 Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.
2:13 Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman.” Mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.
2:14 Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.”
2:15 Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.
2:16 Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.
2:17 Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.
2:18 Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),
2:19 atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.
2:20 Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.
HAKEKAT TAUHID
Tauhid merupakan kewajiban utama dan pertama yang diperintahkan Alloh kepada setiap hamba-Nya. Namun, sangat disayangkan kebanyakan kaum muslimin pada zaman sekarang ini tidak mengerti hakekat dan kedudukan tauhid. Padahal tauhid inilah yang merupakan dasar agama kita yang mulia ini. Oleh karena itu sangatlah urgen bagi kita kaum muslimin untuk mengerti hakekat dan kedudukan tauhid. Hakekat tauhid adalah mengesakan Alloh. Bentuk pengesaan ini terbagi menjadi tiga, berikut penjelasannya.
1.     Mengesakan Alloh dalam Rububiyah-Nya
Maksudnya adalah kita meyakini keesaan Alloh dalam perbuatan-perbuatan yang hanya dapat dilakukan oleh Alloh, seperti mencipta dan mengatur seluruh alam semesta beserta isinya, memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudharat dan lainnya yang merupakan kekhususan bagi Alloh.

2.     Mengesakan Alloh Dalam Uluhiyah-Nya
Maksudnya adalah kita mengesakan Alloh dalam segala macam ibadah yang kita lakukan. Seperti shalat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut dan berbagai macam ibadah lainnya. Dimana kita harus memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah itu hanya kepada Alloh semata.

3.     Mengesakan Alloh Dalam Nama dan Sifat-Nya
Maksudnya adalah kita beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Alloh yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rosululloh. Dan kita juga meyakini bahwa hanya Alloh-lah yang pantas untuk memiliki nama-nama terindah yang disebutkan di Al-Qur’an dan Hadits tersebut (yang dikenal dengan Asmaul Husna).


HAKEKAT SYIRIK
Syirik merupakan dosa paling besar, kezaliman yang paling zalim, dosa yang tidak akan diampuni Allah, dan pelakunya diharamkan masuk surga serta seluruh amal yang pernah dilakukannya selama di dunia akan hangus dan sia-sia. Oleh sebab itu mengenal hakikat syirik dan bahayanya adalah perkara yang sangat penting.


Allah ta’ala berfirman yang artinya,
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia akan mengampuni dosa di bawah tingkatan syirik bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. (QS. An Nisaa’ : 48, 116).
Syirik terbagi dua: Syirik besar dan syirik kecil.
1. Syirik besar mengeluarkan seseorang dari agama, menggugurkan semua amal ibadah, pelakunya menjadi halal darahnya, dan dikekalkan di dalam neraka apabila dia meninggal dunia dan tidak sempat bertaubat.
Di antara macam-macam syirik besar:
a.   Syirik dalam takut: yaitu takut kepada selain Allah I berupa berhala atau patung, atau thagut, atau mayat, atau yang gaib (tidak terlihat mata, pent.)
b.   Syirik dalam tawakkal: tawakkal kepada Allah I dalam segala perkara dan di semua kondisi termasuk jenis ibadah yang paling agung yang harus diikhlaskan hanya kepada Allah I saja
c.   Syirik dalam mahabbah (cinta): Cinta kepada Allah I adalah cinta yang konsekuensi logisnya adalah kesempurnaan hina dan taat kepada Allah
d.   Syirik dalam taat  termasuk syirik dalam taat adalah taat kepada para ulama, umara (pemerintah), pemimpin dan hakim dalam menghalalkan yang diharamkan, atau mengharamkan yang dihalalkan Allah
2. Syirik Kecil: yaitu sesuatu yang dinamakan syirik oleh syara' dan tidak sampai kepada syirik besar. Syirik ini mengurangi tauhid, tetapi tidak mengeluarkan dari agama. Ia adalah sarana menuju syirik besar
Dari Abu Hurairah t, ia berkata, "Rasulullah r bersabda, 'Allah I berfirman (dalam hadits qudsi): 'Aku adalah yang paling kaya dari sekutu. Barangsiapa yang melakukan amal ibadah yang di dalamnya menyekutukan yang lain dengan Aku, niscaya Aku meninggalnya dan sekutunya."[4]
Termasuk syirik kecil adalah bersumpah dengan sesuatu selain Allah I. Dan ucapan manusia: sesuatu yang dikehendaki Allah dan dikehendaki fulan, atau kalau bukan karena Allah I dan fulan, atau ini dari Allah I dan fulan, atau tidak ada bagiku selain Allah I dan fulan, dan seumpamanya. Seharusnya ia berkata: Sesuatu yang dikehendaki Allah kemudian dikehendaki fulan, dan seterusnya.

HAKEKAT KEMATIAN
Kematian’… sebuah kata yang tak asing terdengar di telinga kita. Sesuatu yang diyakini seluruh umat manusia… ialah akhir dari kehidupan dunia. Kedatangannya tak pernah diragukan, namun sedikit sekali yang bersiap menyambutnya. Ialah tamu yang datang tanpa permisi dan masuk rumah tanpa basa-basi.
Kematian itu pasti adanya. Ia ibarat “pintu”, setiap orang pasti akan memasukinya. Ia juga laksana “gelas”, setiap yang bernyawa pasti akan ‘mencicipinya’. Hakikat ini telah dinyatakan di dalam Kitabullah,
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Ali ‘Imran: 185)
Tidak Ada Tempat Lari
Tidak seorangpun mampu melarikan diri dari kematian. Bahkan, kematian itu yang akan menemui kita, kapan dan dimanapun. “Katakanlah (wahai Muhammad) bahwa kematian yang kalian lari daripadanya, dia akan menemui kalian…” (Qs. Al-Jumu‘ah [62]: 8). Kita pun tidak dapat bersembunyi darinya: “Di mana saja kalian berada, kematian itu akan mendapatkan kalian, kendatipun kalian bersembunyi di balik benteng yang sangat tinggi lagi kukuh…” (Qs. Al-Nisâ’ [4]: 78).
Pesan ‘Ali ibn Abi Thalib…
Kematian bukan untuk ditakuti. Karena takut atau tidak takut, kematian akan datang. Yang penting adalah persiapan untuk menghadapi waktu datangnya kematian. Maka, ada dua hal penting berkenaan dengan kematian ini: [1] Banyak mengingatnya. Jangan lalai dalam hal ini. Kematian harus memiliki file spesial dalam qalbu kita. “Perbanyklah mengingat kematian, sebab seorang hamba yang banyak mengingatnya, maka Allah akan menghidupkan hatinya dan akan menghilangkan baginya rasa sakit kematian itu.” (HR. Al-Dailami); dan [2] Bersiap-siap dalam menyambutnya. Kita harus mempersiapkan amal sebanyak-banyak untuk kematian. Al-Ashbu’ al-Hanzhali menceritakan bahwa menjelang kematiannya, Imam ‘Ali bersenandung lewat bait syair:
bersiaplah menghadapi kematian,
karena kematian niscaya menjumpaimu,
janganlah engkau takut akan kematian
saat ita telah berada di lembahmu

HAKEKAT HARI KIAMAT
TANDA-TANDA HARI AKHIR DI DALAM AL QUR’AN
Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu, melainkan hari kiamat (yaitu) yang datang kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila hari Kiamat sudah datang? (QS Muhammad: 18)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan dengan beberapa haditsnya. Diantaranya: “Sesungguhnya kiamat itu tidak akan terjadi sebelum adanya sepuluh tanda-tanda kiamat, yaitu tenggelam di Timur, tenggelam di Barat, tenggelam di Jazirah Arab, adanya asap, datangnya Dajjal, Dabbah (binatang melata yang besar), Ya’juj dan Ma’juj, terbit matahari dari sebelah barat, keluar api dari ujung Aden yang menggiring manusia, dan turunnya Nabi Isa.” (Hadits Riwayat Muslim).
Dari ayat dan hadist ini kita ketahui bahwa Al Qur’an telah menjelaskan tanda-tanda yang mengumumkan datangnya Hari Akhir. Agar dapat memahami tanda-tanda ‘pengumuman besar’ ini, kita harus merenungkan ayat ini. Sebaliknya, seperti yang ditunjukkan dalam ayat ini, pemikiran kita tidak akan berguna sama sekali ketika Hari Akhir tiba-tiba datang kepada kita.

HARI AKHIR ITU DEKAT
Allah berfirman dalam Al Qur’an bahwa tidak diragukan lagi bahwa Hari Akhir itu sudah dekat.
Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya ... (QS Al Hajj: 7)
Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar. Dan sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang, maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik (QS Al Hijr: 85)
Mungkin ada sebagian orang yang beranggapan bahwa pesan Al Qur’an tentang Hari Akhir difirmankan lebih dari 1400 tahun lalu, dan masa itu sudah lama, jika dibandingkan dengan panjang usia seorang manusia. Padahal, di sini tersirat persoalan akhir dunia ini, matahari dan bintang-bintang, singkatnya, alam semesta. Ketika kita menganggap bahwa alam semesta berusia miliaran tahun, maka empat belas abad adalah suatu jangka waktu yang sangat pendek.
Dalam beberapa riwayat dijelaskan mengenai kedahsyatan hari kiamat diantanya :
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasullullah s.a.w. bersabda: "Diantara dua kali tiupan sangkakala itu jarak empat puluh tahun (Tiupan untuk mematikan dan membangkitkan semula). Kemudian Allah s.w.t. menurunkan hujan air bagaikan mani orang lelaki, maka timbullah orang-orang mati bagaikan timbulnya tanaman (sayur-sayuran)."
Abul-Laits juga telah meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasullullah s.a.w. bersabda: "Ketika Allah s.w.t. telah selesai menjadikan langit dan bumi, Allah s.w.t. menjadikan sangkakala dan diserahkan kepada Malaikat Israfil, maka ia meletakkannya dimulutnya melihat ke Arsy menantikan bilakah ia diperintahkan." Saya bertanya: "Ya Rasullullah, apakah shur (sangkakala) itu?" Jawab Rasullullah s.a.w.: "Bagaikan tanduk dari cahaya." Saya bertanya lagi: "Bagaimana besarnya?" Rasullullah s.a.w. menjawab: "Sangat besar bulatannya, demi Allah yang mengutuskanku sebagai Nabi s.a.w. besar bulatannya itu seluas langit dengan bumi, dan akan ditiup hingga tiga kali iaitu pertama Nafkhatul faza' (untuk menakutkan), Nafkhatus sa'aq (untuk mematikan) dan Nafkhatul ba'ats (untuk menghidupkan kembali atau membangkitkan)."
Dalam riwayat Ka'ab hanya dua kali tiupan, iaitu mematikan dan membangkitkan. Firman Allah s.w.. yang berbunyi: "Wa yauma yunfakhu fafazi'a man fissamawati waman fil ardhi illa man sya Allah (Yang bermaksud) Dan pada hari ditiup sangkakala maka terkejut takut semua yang dilangit dan yang dibumi, kecuali yang dikehendaki oleh Allah.    (Surah Annamel : 87)
Dan pada saat itu tergoncangnya bumi, dan manusia bagaikan orang mabuk sehingga ibu yang mengandung gugur kandungannya dan yang meneteki lupa terhadap bayinya, dan anak-anak segera beruban dan syaitan-syaitan laknatullah berlarian. Maka keadaan itu berlaku beberapa lama kemudian Allah s.w.t. menyuruh Israfil meniup sangkakala kedua.
Dan masih banyak lago kedahsyatan-kedahsyatan yg lebih dahsyat dr yang disebutkan diatas.

HAKEKAT TAKDIR
Takdir adalah ketetapan Allah Swt bagi makhluknya  dan merupakan hal ghaib, hanya Allah Swt yang mengetahui. Manusia wajib percaya bahwa Allah Swt Maha Adil dan Maha Penyayang. Dia menciptakan takdir bukan untuk main-main, tetapi mengandung hikmah dan rahmah bagi manusia. Memang tiada sesuatu yang terjadi di alam semesta kecuali sudah ada ketetapannya di buku “Lauhul Mahfuz” “ Tiada sesuatu bencanapun yang menimpa di bumi dan tiada pula ada di dirimu sendiri, melainkan sudah tertulis di buku Lauhul Mahfuz. sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah Swt maka kamu jangan berduka cita terhadap apa yang sudah luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang kamu peroleh dan Allah Swt tidak suka pada orang yang sombong lagi membanggakan diri.” ( QS.57:22-23)

Dari ayat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa semua peristiwa sudah ditetapkan terlebih dahulu di buku Lauhul Mahfuz sebagai :
* Sunatullah - Peraturan Allah Swt yang harus dipatuhi oleh makhluknya: sistem, sifat, fungsi, dan bentuk.
* Takdir-Ketetapan Allah Swt mengenai kejadian, peristiwa , dan nasib yang akan muncul.
* Qadha- Takdir yang sudah tiba waktunya yang pasti berlaku atau sedang berjalan. Entah sudah berapa lama takdir dan sunatullah itu terhimpun di Lauhul Mahfuz, namun ia tidak akan mengalami pergantian atau perubahan sedikitpun karena sesuatu, kecuali jika Allah Swt menghendakinya.
“…...Maka sekali-kali kamu tidak akan menemui penggantian bagi sunatullah, juga sekali-kali kamu tidak akan menemui penyimpangan bagi sunatullah”. (Qs.35:43)
” …..Sesungguhnya Allah Swt berbuat apa yang Ia Inginkan.” ( QS:22:14)
“Allah menghapuskan apa yang dia menghendaki dan menetapkan pula apa yang Dia kehendaki. Dan di sisi-Nya terdapat umul kitab ( Lauhul Mahfuz)”          ( QS:13:39)



HAKEKAT ISLAM
Dalam Al-Quran kalimat al-Islam paling tidak menggambarkan 4 pemahaman yang dapat dipetik:
  1. Islam kontradiktif sebuah kesyirikan. Alloh swt berfirman :
Katakanlah: "Sesungguhnya Aku diperintah supaya Aku menjadi orang yang pertama kali menyerah diri (kepada Alloh), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang musyrik." (Qs. Al-An’am:14)
  1. Islam kontradiktif sebuah kekufuran. Alloh swt berfirman:
Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam? (Qs. Al-Imran:80)
  1. Islam bermakna ikhlas kepada Alloh swt . Alloh swt berfirman :
Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Alloh (Qs. An-Nisaa’:125)
  1. Islam bermakna al-Khudu’(ketundukan) dan al-Inqiyadh (kepatuhan). Alloh swt berfirman :
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya(Qs. azZumar : 54
Jika dlihat dari asal maknanya, baik menurut bahasa maupun menurut apa yang dipahami di dalam Al-Quran, maka Islam –sebagaimana yang dinayatkan oleh Dr. Shalah ash-Shawy- adalah :
Menyerahkan diri secara mutlak kepada Alloh k serta tunduk dan patuh dengan hidayat yang diturunkan kepada para Rasul-Nya
Makna Islam tersebut berarti mengandung 2 asas utama, yaitu:
1.    Penyerahan diri secara mutlak kepada Alloh swt serta
2.    Tunduk dan patuh kepada syariat yang dibawa oleh para rasul-Nya.
Muhammad bin Abdul Wahhab menambahkan asas makna Islam ini menjadi tiga yang diistilahkannya dengan tauhidtaat, dan bara’ah dari syirik. Dia berka
Islam adalah berserah diri kepada Alloh dengan tauhid, tunduk, dan patuh kepada-Nya dengan keta’atan serta membebaskan diri (bara’ah) dari syirik
Asas ketiga yang menjadi tambahan dari dua asas sebelumnya ialah:
3.    Membebaskan diri dari berbagai bentuk kesyirikan (al-Bara’ah miin asy-Syrik)
Pemusatan pada kepercayaan dan ketundukkan yang benar berarti menjadikan Alloh sebagai satu-satunya arah dan tujuan hidup yang didapat melalui hidup sesuai dengan syariat Alloh yang diajarkan oleh para utusan-Nya setulus hati nurani. Ketulusan itu dibuktikan melalui tiga hal :
1.    Meyakini secara kokoh bahwa Alloh swt Maha Esa pada dzat-Nya, sifat-sifat-Nya, nama-nama-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya serta tidak ada sekutu bagi-Nya.
2.    Mempersembahkan pengabdian / peribadatan kepada Alloh Maha Esa Yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan
3.    Berhukum kepada syariat-Nya semata dan bukan kepada undang-undang atau hukum-hukum lainnya

HAKEKAT IBADAH
Pengertian ibadah:
Merendahkan hati dihadapan Allah dengan cara melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Maka ibadah berarti puncak merendahkan hati dan cinta..
Ketika seorang muslim benar-benar memahami makna dari kata-kata ini, maka tidak ada yang akan merasa bangga atas ibadahnya, melainkan semakin tawadhu (rendah hati)..
 sebuah kata yang mencakup semua sikap yang dicintai dan diridhoi Allah, baik perkataan maupun perbuatan, baik lahir maupun batin.
inilah yang disebut ibadah secara universal.
jadi ibadah itu tidak melulu dikaitkan dengan sholat, zakat, puasa, haji, dsb itu..
namun lebih luas lagi cakupannya. misal, ketika kita melakukan suatu hal dengan niat untuk mencari ridho Allah, itu dapat dihitung sebagai suatu ibadah.. namun jelas hal yang dilakukan itu pastilah yang sesuai dengan syariat Islam.. bukan menuju pada kemaksiatan.
Yang berhak disembah hanya Allah SWT semata, dan ibadah digunakan atas dua hal :
1. Pertama: menyembah, yaitu merendahkan diri kepada Allah SWT dengan melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya karena rasa cinta dan mengagungkan-Nya.
2. Kedua: Yang disembah dengannya, yaitu meliputi segala sesuatu yang dicintai dan diridhahi oleh Allah SWT berupa perkataan dan perbuatan, yang nampak dan tersembunyi seperti, doa, zikir, shalat, cinta, dan yang semisalnya. Maka melakukan shalat misalnya adalah merupakan ibadah kepada Allah SWT. Maka kita hanya menyembah Allah SWT semata dengan merendahkan diri kepada-Nya, karena cinta dan mengagungkan-Nya, dan kita tidak menyembahnya kecuali dengan cara yang telah disyari'atkan-Ny
Manusia Yang Paling Sempurna Ibdahnya Orang yang paling sempurna dalm beribadah kepada Allah adalah para Nabi dan Rasul, karena mereka adalah orang yang paling tahu tentang Allah dan yang paling mengagungkan-Nya dibanding selain mereka, lalu Alah tambahkan kemuliaan mereka dengan menjadikannya sebagai rasul yang diutus kepada manusia, sehingga mereka memperoleh kemuliaan risalah dan kemulian khusus dalam beribadah. Kemudian setelah mereka adalah para  siddiqin yang sempurna dalam beriman kepada Allah dan para utusan-Nya serta istiqamah diatasnya, kemudian para syuhada dan orang-orang yang shaleh. Sebagaimana firman-Nya:
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin orang-orang yang mati syahid, dan orangorang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.(QS. An-Nisa :69)”

HAKEKAT DZIKIR DAN DOA
Pertama : Dzikir Qalbiyah, dzikir ini adalah merasakan kehadiran Allah, dalam melakukan apa saja ia meyakini akan kehadiran Allah SWT bersamanya sehingga hatinya selalu tenang tanpa ada rasa takut sedikit pun.
Kedua : Dzikir Aqliyah, adalah kemampuan menangkap bahasa Allah SWT dibalik setiap gerak alam semesta ini. Menyadari bahwa semua gerakan alam, Allah lah yang menjadi sumber gerak dan yang menggerakkannya.
Ketiga : Dzikir Lisan, ini adalah buah dari dzikir hati dan akal. Setelah melakukan dzikir hati dan akal, barulah lisan berfungsi untuk senantiasa berdzikir, selanjutnya lisan berdoâ dan berkata-kata dengan benar, jujur, baik dan bermanfaat.
Keempat : Dzikir Amaliyah, sebenarnya cita-cita kita semua adalah dzikir amaliyah, dan ini sebenarnya goal atau tujuan yang kita inginkan dari dzikir. Setelah hati kita berzikir, akal kita berzikir, lisan kita berdzikir, maka akan lahirlah jiwa-jiwa serta pribadi-pribadi yang suci, pribadi-pribadi yang berakhlaq mulia, baik secara lahir maupun bathin. Dari pribadi-pribadi tersebut akan lahirlah amal-amal shaleh yang diridhai oleh Allah SWT, sehingga terbentuk sebuah masyarakat yang takut serta bertaqwa kepada Allah SWT.
” Wahai org yang beriman, Ingatlah dengan ingatan/dzikir yang banyak. (QS. Al-Ahzab:41)”
“Ingatlah, saya akan memberitahu kalian tentang sebaik-baik amal kalian, paling sucinya amal kalian di sisi Raja Kalian, Paling tingginya amal kalian dalam Tingkatan beberapa Derajat, dan Paling baiknya Pemberian daripada emas dan perak, Jika kalian Bertemu musuh-musuh kalian (Hawa nafsu), maka kalian akan memukul leher-leher mereka(ganti) memukul leher-leher kalian, Para sahabat bertanya:” Apa itu Wahai Rosululloh?..Beliau menjawab: Dzikrulloh”
(HR.Baihaqi dari Ibnu Umar, Kanzul Ummal 1/428.)
“Hari Kiamat tidak akan sampai terjadi sampai di bumi ini hingga tidak ada yang mengucap Alloh, Alloh” (HR.Muslim dari Anas Bin malik )
“Ingatlah Aku(Alloh), maka aku akan mengingatmu” (Al Baqarah :152)
Dzikir adalah merupakan Rukun yang sangat kuat dalam menuju Al-haq bahkan keberadaannya merupakan tiang, tiada akan menyampaikan kepada Al haq kecualai melanggengkan istiqamah dzkir, Dzikir ada dua macam Yaitu dzkir lisan dan dzkir qolbu (HR.At-Tarmudzi dari anas bin malik) Dzkir lisan mengantarkan hamba kepada pada kelanggengan dzikir Hati/qolbu, Dzikir lisan Punya pengaruh untuk mengantarkan kepada dzkir Hati.
Sejatinya, dzikir membentuk pribadi yang bertaqwa. Yaitu amat taat terhadap perintah Allah dan berjuang maksimal menjauhi larangan Allah. Orang yang berdzikir sadar betul bahwa ia senantiasa berada di bawah tatapan dan perintah-Nya.
Puncak dzikir adalah ketika kita telah mampu menanggalkan atribut-atribut artificial yang kita sandang. Yakni kita benar-benar telah bebas dari keinginan-keinginan pribadi. Semua tindakan kita didasarkan pada prinsip lillahi taâla (hanya karena Allah). Pada stadium inilah keikhlasan dan ihsan itu berada. Pada saat itu kita akan menemukan kesadaran akan nilai-nilai ilahiyah dan kemanusiaannya. Seperti memiliki kelembutan hati, kehalusan budi pekerti (akhlak), keadilan, keberanian, kasih sayang, kejujuran, amanah, kedermawanan, keikhlasan, dan ketaâtan untuk mencapai ridho Allah SWT. Kemudian hidup ini akan senantiasa sibuk memperbaiki diri dan dibarengi dengan amal shaleh. Itulah derajat taqwa yang ingin kita raih bersama.

POKOK-POKOK KEIMANAN
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa (QS. Albaqarah ayat 177).”
Abu Sulaiman Ad Darani telah menyatakan : Pokok dari setiap kebaikan di dunia dan di akhirat adalah takut kepada Allah,dan kunci dunia itu adalah perut yang kenyang,sedangkan kunci dari akhirat perut yang lapar.Rasa takut kepada Allah akan dapat mengubah letak buku catatan amal perbuatan manusia,suatu ketika di geser ke kanan  setelah berada di tangan kiri.
Adapun pokok dari segala kebaikan menurut Abu Sulaiman itu ada tiga : Takut kepada Allah, menjauhi kemewahan dunia,dan mengejar pahala akhirat.Jadi bagi hamba Allah,ketika (memperoleh kenikmatan berupa)sehat maka ia harus merasa takut kepada Allah dan selalu berharap kepada-Nya,agar rasa takut tersebut dapat mencegahnya dari perbuatan maksiat.Sedangkan harapannya kepada Allah dapat membangkitkan semangat untuk mengerjakan amal shaleh.
Orang yang selalu berharap kepada Allah,ibadahnya di anggap lebih utama(daripada lainnya),karena dalam dirinya terdapat rasa cintanya kepada Allah melebihi orang yang ketakutan.Seorang raja tentu akan membedakan perlakuannya terhadap pelayan yang melayaninya karena takut akan siksanya,dengan seseorang yang melayaninya karena mengharapkan hatinya dab terdapat pelayan yang melayaninya tanpa mengharapkan apa-apa.
Dan perkara dunia itu akan terbuka dengan sendirinya karena adanya rasa kenyang,sedang perkara akhirat hanya akan terbuka jika ada rasa lapar.

HAKEKAT HIDAYAH
“Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perseli-sihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira juga pemberi peringatan, dan Allah menurunkan ber-sama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena deng-ki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendakNya. Dan Allah selalu mem-beri petunjuk orang yang dikehendakiNya kepada jalan yang lurus.” (Al-Baqarah: 213).
Sebagian orang berpandangan bahwa hidayah itu gratis dari Allah dan akan diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki. Sehingga, mereka beralasan ketika masih dalam kemaksiatan, ”Kita kan belum dapat hidayah.”
Di sisi lain, ada orang yang tidak ingin memperoleh hidayah. Mereka menganggap petunjuk agama hanya seperti candu yang tidak membantunya sama sekali dalam meraih kesuksesan. Benarkah hidayah diberikan gratis, tanpa upaya dari kita untuk meraihnya? Hidayah terambil dari huruf-huruf ha’, dal, dan ya’, yang artinya menunjuki atau menuntun kepada sesuatu. Sedangkan dalam Alquran dan sunah dipakai untuk sesuatu yang dapat mengantarkan kepada kebenaran agama. Dalam konteks ini, Alquran disebut hidayah karena mampu mengantarkan kepada kebenaran.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. (QS Al Isra [17]: 9).
Rasulullah juga disebut hidayah karena mampu mengantarkan pada jalan yang benar. Allah SWT berfirman, ”…. Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) memberi petunjuk ke jalan yang lurus.” (QS As Syura [42]: 52). Allah SWT memberi hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki. Namun, hal ini bukan berarti Allah SWT memberi hidayah kepada siapa saja tanpa syarat. Karena, Allah hanya memberi petunjuk kepada mereka yang siap dan lapang dalam menyambut kedatangannya.
Allah SWT tidak akan memberi hidayah kepada orang yang berpaling, menutup diri, dan kontinu dalam kemaksiatan. Sehingga, Allah SWT tidak akan memberi petunjuk kepada orang kafir, zalim, dan fasik, sebagaimana firman-Nya dalam surat Al Baqarah ayat 264, Al Maidah ayat 51 dan 108. Di sisi penerima hidayah, dia harus bisa mengambil keputusan secara tepat.
Berpikir secara sungguh-sunguh dan ikhlas menjadi keniscayaan agar tidak tergelincir kepada jurang kesesatan. Allah SWT berfirman, “Dan kami telah memberi petunjuk kepadanya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada yang kufur. Sesungguhnya kami yang menyediakan bagi orang-orang kafir rantai belenggu, dan api neraka yang menyala-nyala. Sesungguhnya orang yang berbuat kebaikan minum dari gelas yang berisi minuman kafur (dari mata air syurga yang lezat).” (QS Al Insan [76]: 3-5). Raihlah hidayah, dan tetapkan hati untuk meraih damai bersama-Nya.

KEUTAMAAN ILMU DAN ORANG-ORANG YG BERILMU
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan keoadamu:”berlapang-lapanglah kamu dalam majelis”, maka lapangkanlah. Niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:”berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadalah, 58:11)”
Selanjutnya berkenaan dengan ayat tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
Kata tafassahu pada ayat tersebut maksudnya adalah tawassa’u yaitu saling meluaskan dan mempersilahkan.
Kata yafsahillahu lakum maksudnya Allah akan melapangkan rahmat dan rizki bagi mereka.
Kata unsuzyu maksudnya saling merendahkan hati untuk memberi kesempatan kepada setiap orang yang datang.
Kata yarfa’illahu ladzina amanu maksudnya Allah akan mengangkat derajat mereka yang telah memuliakan dan memiliki ilmu di akhirat pada tempat yang khusus sesuai dengan kemuliaan dan ketinggian derajatnya.
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Allah mempersaksikan bahwasanya tidak ada sesembahan yang hak selain Dia, begitu juga para malaikat mempersaksikan yang demikian itu, begitu pula ahli ilmu, demi menegakkan keadilan, tidak ada sesembahan yang hak selain Dia Yang Maha perkasa lagi Maha bijaksana.” (QS. Ali Imran [3]: 18)

Di dalam ayat ini Allah menjadikan persaksian malaikat dan ahli ilmu untuk turut mempersaksikan keesaan-Nya Yang Maha suci. Yang dimaksud dengan ahli ilmu ialah orang-orang yang memiliki ilmu tentang Allah, orang-orang yang memahami agama-Nya dan mempunyai rasa takut kepada-Nya Yang Maha suci dan berusaha untuk mendekatkan diri kepada-Nya, selalu mematuhi aturan dan batasan yang digariskan-Nya.
para ulama yang mendapatkan taufik untuk mengemban ilmu ini terbagi ke dalam dua tingkatan :
Tingkatan Pertama : Orang-orang yang meraih ilmu, mengamalkannya,  mendalaminya, dan bisa menarik berbagai kesimpulan hukum darinya
Tingkatan Kedua : Orang-orang yang mampu menghafalkan ilmu dan menyampaikannya kepada para ulama lain yang sudah dibukakan pemahaman ilmu baginya sehingga mereka bisa menarik berbagai kesimpulan hukum dari berita yang didapatkannya.

Populer