ARTIKEL
KUMPULAN POIN-POIN PENTING DALAM KULIAH TAFSIR I
(SATU)
Disusun Untuk
Memenuhi
Tugas
Mata Kuliah Tafsir I
Dosen
Pengampu:
Dra. Anisah Indriati, Msi.
Disusun
Oleh :
MASDUQI
(10210105)
JURUSAN KOMUMIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (KPI).
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA 2012
Assalamualaikum Wr. Wb
Sebelunnya Saya minta Ma’af Kepada Ibu Anisah,
karna saya tidak bisa mencantumkan atau menyerahkan makalah saya yang
sebelumnya. Karna saya berfikiran ini semua sudah cukup mewakili dari tugas
saya yang sebelumnya, selain itu saya juga kekurangan dana untuk mengprin
makalah tersebut, saya berharap semua ini dapat mewakili dari makalah saya. Dan
semoga Ibu Anisah memakluminya. Terima Kasih
Wassalamualaikum Wr.Wb
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang sendah kata yang patut diucapkan
sebagai hamba yang lemah kecuali kalimat syukur Alhamdulillah kehadirat Allah
SWT. Yang telah memberikan nikmat keimanan, kesehatan taufik serta hidayhnnya,
sehingga penulis dalam mengerjakan tugas makalah Ilmu Komunikasi inibisa
selesai dengan baik.
Sholawat dan Salam tetap tercurah limpahkan
keharibaan baginda Rosulullah Muhammad SAW, yang telah menyelamatkan kita dari
alam kegelapan, kebodohan, menuju alam yang penuh terang benderang, yakni Iman,
Islam dan Ilmu.
Dalam Artikel
ini, penulis mencoba memaparkan beberapa point penting yang berhubungan dengan Mata
kuliah Tafsir.
Sebelumnya
penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada banyak pihak yang telah membantu
dan mendukung kehadiran Artikel ini, kepada Dosen pengampu Dra. Anisah
Indriati, Msi. Yang dengan luar biasanya memberikan kami landasan pacu untuk
terbang ke alam ilmu yang lebih tinggi dengan memahami Arti islam dan iman yang
sesungguhnya, pada kawan sejawat di tim dan kelas Tafsir, dan pada seluruh
pihak yang dengan keridhoaan mereka membantu kami.
Penulis sadar dalam penulisan Artikel ini
banyaklah kekurangan dan tidaklah sempurna. Oleh sebab itu penulis berharap
dukungan, dan masukannya untuk lebih baik lagi kedepannya.
HAKEKAT
KEIMANAN
Makna Iman
Iman secara morfologi berasal dari
kata āmana-yu’minu-
îmānan, jika
dipandang dari ulama’ alat versi kuffah yang artinya tashdiq (pembenaran).
Sedangkan pemaknaan secara terminologi iman berarti
“membenarkan dengan hati,
mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan”
Ini merupakan pendapat jumhur
ulama’. Dan imam syafi’i meriwayatkan ijma’ para sahabat, tabi’in dan
orang-orang ssesudah mereka dengan pengertian tersebut.
v Hakikat
Iman
Keimanan
sebenarnya merupakan sebuah graduasi terhadap penyerahan diri kepada Allah
(istislam) dan proses pengakuan Allah sebagai tuhan semesta alam yang memiliki
rasul utusan di bumi untuk menyebarkan syariat Nya (Muhammad Saw.). keimanan
seseorang berawal dari “aslama”, “muslim”, “amanna”, “mu’min” dan jika ingin
lebih tinggi lagi maka ditambah “muhsin”. Ini seperti sabda Allah pada surat
al-Hujurat:14:]
“Orang-orang
Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu
belum beriman, tapi Katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk
ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan
mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang."
Berdasarkan ayat diatas Islam dan
iman jika bertemu dalam satu tempat maka islam ditafsirkan dengan amalan
lahriah dan iman difahami sebagai keyakinan batin. Tapi jika tidak (tidak
beriringan) maka iman di maknai dengan keyakinan serta amal perbuatan.
v Tanda Orang
Beriman
Ø Surath Al
Anfal Ayat 2-4
"Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.(yaitu) orang-orang
yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami
berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.
Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan
serta rezki (nikmat) yang mulia."(QS.Al Anfal 2-4)
Ø Surat An
Nur Ayat 62
Sesungguhnya orang yang sebenamya beriman ialah yang percaya
kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan bilamana mereka bersama beliau menghadapi
suatu urusan umum, tidaklah mereka, pergi saja sebelum memohon izinnya. Sesungguhnya
orangorang yang memohon izin kepada engkau, itulah orang yang sebenamya
beriman kepada Allah dan Rasul. Maka apabila mereka memohonkan izin kepada
engkau karena keperluan keperluan mereka, berikanlah izin kepada siapa yang
engkau kehendaki di antara rriereka, dan mohonkanlah ampun untuk mereka kepada
Allah. Sesungguh nya Tuhan Allah Maha Pengampun dan Pemurah.
Dari Ayat tersebut telah jelas lah
bahwa beberapa tanda-tanda orang yang benar-benar beriman kepada Allah adalah:
1. Bila
disebut nama Allah gemetarlah Hatinya
2. Apabila
Dibacakan Ayat-ayat Allah bertambahlah Imannya Mereka selalu bertawakal Kepada
Allah
3. Mendirikan
Shalat
4. Menafkahkan
(berinfaq, shadaqoh)
Ø Surath Al
Hujurat Ayat 15
“ Sesungguhnya orang yang
sebenarnya beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa
mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang- orang yang benar. (Al Hujurat:
15) “
Untuk menjadi orang yang beriman,
ucapan itu mestilah dipelajari maksud dan tuntutannya, kemudian difahami,
diyakini (tanpa ragu) dan dihayati untuk diamalkan. Keraguan seseorang yang
mengucapkan dua kalimah syahadah sama ada tentang maksud kalimah itu atau tentang
lain-lain rukun iman boleh berlaku dengan empat bentuk:
JAHIL - Seseorang yang tidak tahu
tentang satu atau banyak persoalan-persoalan iman.
SYAK - Keyakinan 50%, keraguan 50%.
DZAN - Keyakinan 75%, keraguan 25%.
WAHAM - Keyakinan 25%, keraguan
75%.
Apabila persoalan iman seseorang
ada dicelahi oleh jahil atau syak atau dzan atau waham, belumlah lagi ia
dikatakan beriman. Sebaliknya, seseorang yang mengucapkan dua kalimah tauhid
itu sebanyak 100% keyakinan, tanpa dicelahi oleh mana-mana satu dari empat, itulah
dia orang yang beriman. Dan orang beginilah sahaja yang akan sanggup
mengerjakan semua suruhan Allah dan meninggalkan semua larangan Allah.
Ø surat
At-Taubah ayat 71.
“Dan orang-orang Mukmin, lelaki dan
perempuan, sebagian mereka menjadi penolong sebagian yang lain, mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Mahabijaksana.
(At-Taubah: 71).
Sifat-sifat ini harus lah diperiksa
oleh setiap orang yang mengaku mukmin, termasuk diri kita.
Rasulullah saw bersabda,
"Barang siapa melepaskan seorang mukmin dari kesusahan hidup di dunia,
niscaya Allah akan melepaskan darinya kesusahan di hari kiamat, barang siapa
memudahkan urusan (mukmin) yang sulit niscaya Allah akan memudahkan urusannya
di dunia dan akhirat. Barang siapa menutup aib seorang muslim, maka Allah akan
menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba, selama
hamba itu senantiasa menolong saudaranya." (HR Muslim)
Sifat mukmin lain dalam At-Taubah
71 adalah amar ma'ruf nahi munkar. Ini juga termasuk tolong-menolong dalam
kebaikan. Karena orientasi mukmin adalah akhirat, maka perlu ada bantuan dari
mukimin yang lain untuk menyokong agar sampai di tujuan dengan selamat.
Menolong mukmin yang menzholimi - seperti hadits di atas - pun termasuk dalam
rangka amar ma'ruf nahi munkar.
itulah tanda-tanda orang yang
benar-benar beriman selain tanda-tanda yang lain yang Allah Gambarkan dalam Al-Quran
Yang jadi renungan buat kita adalah
sudahkah, pernahkah, kita ini bergetar atau atau bahkan menangis ketika disebut
ayat-ayat Al Quran? atau justru kita tertawa terbahak-bahak padahal Al Quran
menceritakan betapa pedihnya Azab Allah itu? semua jawabanya kembali kepada
diri kita masing-masing, marikita introspeksi / muhasabah / evaluasi diri kita
sebelum Allah yang turun tangan untuk mengevaluasi kita di Yaumul Akhir nanti.
CIRI-CIRI
ORANG BERIMAN
Sahabat, sungguh sangat beruntung
kita telah dipilih oleh Allah SWT sebagai seseorang yang memiliki Iman
kepada-Nya. Semoga kita termasuk seseorang yang senantiasa bersyukur atas
nikmat iman ini dan selalu berusaha agar iman ini bukan hanya sebagai hiasan
bibir dan pemanis kata apalagi sekedar keyakinan hampa. Tapi sebuah keyakinan
yang menghunjam dalam hati, diungkapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan
tindak nyata. Karena hakikat iman menurut ulama AhluSunnah mencakup tiga hal
yaitu :
At tasdiqu bil qalbi (membenarkan dengan
hati)
Al qaulu bil lisan (melafalkan
dengan lisan)
Al 'amalu bil arkaan/bil jawarlih
(melaksanakan dengan segenap potensi 'anggota badan')
Ketiga hal itu tidak dapat
dipisahkan satu dengan lainnya, sehingga iman merupakan keyakinan dan amal.
Bukan hanya angan - angan melainkan apa yang tertanam menghunjam di dalam
sanubari dan dibenarkan oleh amal perbuatan.
Allah SWT telah memberikan gambaran
yang cukup banyak mengenai karakteristik orang yang beriman di dalam Al Qur'an
dan bagaimana beruntungnya mereka yang memiliki karakteristik tersebut karena
Allah telah menjanjikan surga sebagai tempat kembalinya kelak. Salah satunya
adalah dalam Q.S. Al Mu'minun ayat 1-11. Sahabat, mari kita sama - sama
mentadabburi bagaimana karakteristik tersebut.
Allah berfirman dalam surah
al-Mukminun ayat 1 – 11
1. Sungguh
beruntunglah orang-orang beriman
2. (yaitu)
orang yang khusuk dalam shalatnya
3. Dan
orang-orang yang menjauhkan diri dari yang tiada berguna
4. Dan
orang-orang yang membayar zakat
5. Dan
orang-orang yang menjaga kemaluannya
6. Kecuali
terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki,
1. maka
sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
7.
Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-
2. orang
yang melampaui batas
8. Dan
orang-orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya
9. Dan
orang-orang yang memelihara sembahyangnya
10. Mereka
itulah orang-orang yang akan mewarisi
11. Yakni
yang akan mewarisi surga firdaus. Mereka kekal di
Dalamnya
Dalam bebrapa Riwayat disebutkan
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari
Umar Ibnul Khattab, bahwa Rasululah bersabda:
“Laqad unzila ‘alayya ‘asyra
ayatin, man aqoma hunna dakhala al-jannah (telah diturunkan kepadaku sepuluh
ayat _ yang dimasuksud adalah ayat 1 sampai 10 surah al-Mukminun ini barang
siapa mengerjakannya akan masuk surga)”
ada 5 Ciri-ciri Orang yang beriman
menurut Khalifah Utsman bin Affan yaitu
:
1. Enggan
bergaul sangat erat kecuali dengan orang
yang dapat memperbaiki agamanya dan mengendalikan syahwat dan lisanya.
2. Jika
memperoleh dunia yang besar, dianggapnya sebagai beban dan ujian.
3. Jika
ilmu agamanya bertambah walau sedikit saja, ia merasa sangat beruntung
4. Tidak
mengisi perutnya secara penuh, meski dengan makanan yang halal karena khawatir
tercampur barang haram.
5.
Memandang semua orang sudah baik, sedang ia merasa dirinya masih kotor dan
penuh dosa.
TIGA
(3) GOLONGAN MANUSIA
Al-Qur’an itu adalah Kalamullah.
Namun demikian, tetap saja ada banyak Manusia yang mengingkarinya. Siapa mereka
? sangat jelas dalam Al Quran Surah Al Baqarah, Allah menyebutkan secara rinci,
bahwasannya ada tiga golongan manusia dalam menghadapi datangnya Al-Qur’an.
·
Orang Beriman/Mukmin (Al Baqarah : 2-5)
·
Orang Kafir (Al Baqarah : 6-7)
·
Orang Munafik (Al Baqarah : 8-20)
Golongan Mu’min
2:2 Kitab (Al Quraan) ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
2:3 (yaitu) mereka yang beriman
kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki
yang Kami anugerahkan kepada mereka.
2:4 dan mereka yang beriman kepada
Kitab (Al Quraan) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah
diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat
2:5 Mereka itulah yang tetap
mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Golongan Kafir
2:6 Sesungguhnya orang-orang kafir,
sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan,
mereka tidak juga akan beriman.
2:7 Allah telah mengunci-mati hati
dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa
yang amat berat.
Golongan Munafik
2:8 Di antara manusia ada yang
mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian ,” pada hal mereka itu
sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
2:9 Mereka hendak menipu Allah dan
orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang
mereka tidak sadar.
2:10 Dalam hati mereka ada
penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,
disebabkan mereka berdusta.
2:11 Dan bila dikatakan kepada
mereka:”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab:
“Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”
2:12 Ingatlah, sesungguhnya mereka
itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.
2:13 Apabila dikatakan kepada
mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman.” Mereka
menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah
beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi
mereka tidak tahu.
2:14 Dan bila mereka berjumpa
dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”. Dan
bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan:
“Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.”
2:15 Allah akan (membalas)
olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan
mereka.
2:16 Mereka itulah orang yang
membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka
dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.
2:17 Perumpamaan mereka adalah
seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya
Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam
kegelapan, tidak dapat melihat.
2:18 Mereka tuli, bisu dan buta,
maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),
2:19 atau seperti (orang-orang yang
ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka
menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir,sebab
takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.
2:20 Hampir-hampir kilat itu
menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka
berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti.
Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan
mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.
HAKEKAT
TAUHID
Tauhid merupakan kewajiban utama
dan pertama yang diperintahkan Alloh kepada setiap hamba-Nya. Namun, sangat disayangkan
kebanyakan kaum muslimin pada zaman sekarang ini tidak mengerti hakekat dan
kedudukan tauhid. Padahal tauhid inilah yang merupakan dasar agama kita yang
mulia ini. Oleh karena itu sangatlah urgen bagi kita kaum muslimin untuk
mengerti hakekat dan kedudukan tauhid. Hakekat tauhid adalah mengesakan Alloh.
Bentuk pengesaan ini terbagi menjadi tiga, berikut penjelasannya.
1. Mengesakan
Alloh dalam Rububiyah-Nya
Maksudnya
adalah kita meyakini keesaan Alloh dalam perbuatan-perbuatan yang hanya dapat
dilakukan oleh Alloh, seperti mencipta dan mengatur seluruh alam semesta
beserta isinya, memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudharat dan
lainnya yang merupakan kekhususan bagi Alloh.
2. Mengesakan
Alloh Dalam Uluhiyah-Nya
Maksudnya
adalah kita mengesakan Alloh dalam segala macam ibadah yang kita lakukan.
Seperti shalat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut
dan berbagai macam ibadah lainnya. Dimana kita harus memaksudkan tujuan dari
kesemua ibadah itu hanya kepada Alloh semata.
3. Mengesakan
Alloh Dalam Nama dan Sifat-Nya
Maksudnya
adalah kita beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Alloh yang diterangkan
dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rosululloh. Dan kita juga meyakini bahwa hanya
Alloh-lah yang pantas untuk memiliki nama-nama terindah yang disebutkan di
Al-Qur’an dan Hadits tersebut (yang dikenal dengan Asmaul Husna).
HAKEKAT SYIRIK
Syirik merupakan dosa
paling besar, kezaliman yang paling zalim, dosa yang tidak akan diampuni Allah,
dan pelakunya diharamkan masuk surga serta seluruh amal yang pernah
dilakukannya selama di dunia akan hangus dan sia-sia. Oleh sebab itu mengenal
hakikat syirik dan bahayanya adalah perkara yang sangat penting.
Allah ta’ala berfirman yang artinya,
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik
dan Dia akan mengampuni dosa di bawah tingkatan syirik bagi siapa saja yang
dikehendaki-Nya. (QS. An Nisaa’ :
48, 116).
Syirik terbagi dua: Syirik besar dan syirik kecil.
1. Syirik besar mengeluarkan seseorang dari agama,
menggugurkan semua amal ibadah, pelakunya menjadi halal darahnya, dan
dikekalkan di dalam neraka apabila dia meninggal dunia dan tidak sempat
bertaubat.
Di antara macam-macam syirik besar:
a. Syirik dalam takut: yaitu takut kepada selain Allah I berupa berhala atau patung,
atau thagut, atau mayat, atau yang gaib (tidak terlihat mata, pent.)
b. Syirik dalam tawakkal: tawakkal kepada Allah I dalam segala perkara dan di semua kondisi
termasuk jenis ibadah yang paling agung yang harus diikhlaskan hanya kepada
Allah I saja
c. Syirik dalam mahabbah (cinta): Cinta kepada Allah I adalah
cinta yang konsekuensi logisnya adalah kesempurnaan hina dan taat kepada Allah
d. Syirik dalam taat termasuk syirik dalam taat
adalah taat kepada para ulama, umara (pemerintah), pemimpin dan hakim dalam
menghalalkan yang diharamkan, atau mengharamkan yang dihalalkan Allah
2. Syirik Kecil: yaitu sesuatu yang dinamakan syirik
oleh syara' dan tidak sampai kepada syirik besar. Syirik ini mengurangi tauhid,
tetapi tidak mengeluarkan dari agama. Ia adalah sarana menuju syirik besar
Dari Abu Hurairah t, ia berkata, "Rasulullah r
bersabda, 'Allah I berfirman (dalam hadits qudsi): 'Aku adalah yang paling
kaya dari sekutu. Barangsiapa yang melakukan amal ibadah yang di dalamnya
menyekutukan yang lain dengan Aku, niscaya Aku meninggalnya dan sekutunya."[4]
Termasuk syirik kecil adalah bersumpah dengan sesuatu
selain Allah I. Dan ucapan manusia: sesuatu yang dikehendaki Allah dan
dikehendaki fulan, atau kalau bukan karena Allah I dan fulan, atau ini dari
Allah I dan fulan, atau tidak ada bagiku selain Allah I dan fulan, dan
seumpamanya. Seharusnya ia berkata: Sesuatu yang dikehendaki Allah kemudian
dikehendaki fulan, dan seterusnya.
HAKEKAT KEMATIAN
Kematian’… sebuah kata yang tak asing terdengar di telinga
kita. Sesuatu yang diyakini seluruh umat manusia… ialah akhir dari kehidupan
dunia. Kedatangannya tak pernah diragukan, namun sedikit sekali yang bersiap
menyambutnya. Ialah tamu yang datang tanpa permisi dan masuk rumah tanpa
basa-basi.
Kematian itu pasti adanya. Ia ibarat “pintu”, setiap orang
pasti akan memasukinya. Ia juga laksana “gelas”, setiap yang bernyawa pasti
akan ‘mencicipinya’. Hakikat ini telah dinyatakan di dalam Kitabullah,
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan
mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.
Barangsiapa dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga, maka sungguh
ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan.” (Ali ‘Imran: 185)
Tidak Ada Tempat Lari
Tidak Ada Tempat Lari
Tidak seorangpun mampu melarikan diri dari kematian. Bahkan,
kematian itu yang akan menemui kita, kapan dan dimanapun. “Katakanlah (wahai
Muhammad) bahwa kematian yang kalian lari daripadanya, dia akan menemui
kalian…” (Qs. Al-Jumu‘ah [62]: 8). Kita pun tidak dapat bersembunyi darinya:
“Di mana saja kalian berada, kematian itu akan mendapatkan kalian, kendatipun
kalian bersembunyi di balik benteng yang sangat tinggi lagi kukuh…” (Qs.
Al-Nisâ’ [4]: 78).
Pesan ‘Ali ibn Abi Thalib…
Kematian bukan untuk ditakuti. Karena takut atau tidak takut,
kematian akan datang. Yang penting adalah persiapan untuk menghadapi waktu
datangnya kematian. Maka, ada dua hal penting berkenaan dengan kematian ini:
[1] Banyak mengingatnya. Jangan lalai dalam hal ini. Kematian harus memiliki
file spesial dalam qalbu kita. “Perbanyklah mengingat kematian, sebab seorang
hamba yang banyak mengingatnya, maka Allah akan menghidupkan hatinya dan akan
menghilangkan baginya rasa sakit kematian itu.” (HR. Al-Dailami); dan [2]
Bersiap-siap dalam menyambutnya. Kita harus mempersiapkan amal sebanyak-banyak
untuk kematian. Al-Ashbu’ al-Hanzhali menceritakan bahwa menjelang kematiannya,
Imam ‘Ali bersenandung lewat bait syair:
bersiaplah menghadapi kematian,
karena kematian niscaya menjumpaimu,
janganlah engkau takut akan kematian
saat ita telah berada di lembahmu
HAKEKAT HARI KIAMAT
TANDA-TANDA HARI AKHIR DI DALAM AL QUR’AN
Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu, melainkan hari
kiamat (yaitu) yang datang kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya
telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka
itu apabila hari Kiamat sudah datang? (QS Muhammad: 18)
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam menjelaskan dengan beberapa haditsnya. Diantaranya: “Sesungguhnya kiamat itu
tidak akan terjadi sebelum adanya sepuluh tanda-tanda kiamat, yaitu tenggelam di Timur, tenggelam
di Barat, tenggelam di Jazirah Arab, adanya asap, datangnya Dajjal, Dabbah
(binatang melata yang besar), Ya’juj dan Ma’juj, terbit matahari dari sebelah
barat, keluar api dari ujung Aden yang menggiring manusia, dan turunnya Nabi
Isa.” (Hadits Riwayat Muslim).
Dari ayat dan hadist ini kita ketahui bahwa Al Qur’an telah
menjelaskan tanda-tanda yang mengumumkan datangnya Hari Akhir. Agar dapat
memahami tanda-tanda ‘pengumuman besar’ ini, kita harus merenungkan ayat ini.
Sebaliknya, seperti yang ditunjukkan dalam ayat ini, pemikiran kita tidak akan
berguna sama sekali ketika Hari Akhir tiba-tiba datang kepada kita.
HARI AKHIR ITU DEKAT
Allah berfirman dalam Al Qur’an bahwa tidak diragukan lagi
bahwa Hari Akhir itu sudah dekat.
Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada
keraguan padanya ... (QS Al Hajj: 7)
Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
di antara keduanya, melainkan dengan benar. Dan sesungguhnya saat (kiamat) itu
pasti akan datang, maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik (QS Al Hijr:
85)
Mungkin ada sebagian orang yang beranggapan bahwa pesan Al
Qur’an tentang Hari Akhir difirmankan lebih dari 1400 tahun lalu, dan masa itu
sudah lama, jika dibandingkan dengan panjang usia seorang manusia. Padahal, di
sini tersirat persoalan akhir dunia ini, matahari dan bintang-bintang,
singkatnya, alam semesta. Ketika kita menganggap bahwa alam semesta berusia
miliaran tahun, maka empat belas abad adalah suatu jangka waktu yang sangat
pendek.
Dalam beberapa riwayat dijelaskan mengenai kedahsyatan hari
kiamat diantanya :
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah
r.a. berkata: Rasullullah s.a.w. bersabda: "Diantara dua kali tiupan
sangkakala itu jarak empat puluh tahun (Tiupan untuk mematikan dan
membangkitkan semula). Kemudian Allah s.w.t. menurunkan hujan air bagaikan mani
orang lelaki, maka timbullah orang-orang mati bagaikan timbulnya tanaman
(sayur-sayuran)."
Abul-Laits juga telah meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu
Hurairah r.a. berkata: Rasullullah s.a.w. bersabda: "Ketika Allah s.w.t.
telah selesai menjadikan langit dan bumi, Allah s.w.t. menjadikan sangkakala
dan diserahkan kepada Malaikat Israfil, maka ia meletakkannya dimulutnya
melihat ke Arsy menantikan bilakah ia diperintahkan." Saya bertanya:
"Ya Rasullullah, apakah shur (sangkakala) itu?" Jawab Rasullullah
s.a.w.: "Bagaikan tanduk dari cahaya." Saya bertanya lagi:
"Bagaimana besarnya?" Rasullullah s.a.w. menjawab: "Sangat besar
bulatannya, demi Allah yang mengutuskanku sebagai Nabi s.a.w. besar bulatannya
itu seluas langit dengan bumi, dan akan ditiup hingga tiga kali iaitu pertama
Nafkhatul faza' (untuk menakutkan), Nafkhatus sa'aq (untuk mematikan) dan
Nafkhatul ba'ats (untuk menghidupkan kembali atau membangkitkan)."
Dalam riwayat Ka'ab hanya dua kali tiupan, iaitu mematikan
dan membangkitkan. Firman Allah s.w.. yang berbunyi: "Wa yauma yunfakhu
fafazi'a man fissamawati waman fil ardhi illa man sya Allah (Yang bermaksud)
Dan pada hari ditiup sangkakala maka terkejut takut semua yang dilangit dan
yang dibumi, kecuali yang dikehendaki oleh Allah. (Surah Annamel : 87)
Dan pada saat itu tergoncangnya bumi, dan manusia bagaikan
orang mabuk sehingga ibu yang mengandung gugur kandungannya dan yang meneteki
lupa terhadap bayinya, dan anak-anak segera beruban dan syaitan-syaitan
laknatullah berlarian. Maka keadaan itu berlaku beberapa lama kemudian Allah
s.w.t. menyuruh Israfil meniup sangkakala kedua.
Dan masih banyak lago kedahsyatan-kedahsyatan yg lebih
dahsyat dr yang disebutkan diatas.
HAKEKAT TAKDIR
Takdir adalah ketetapan Allah Swt bagi makhluknya dan
merupakan hal ghaib, hanya Allah Swt yang mengetahui. Manusia wajib percaya
bahwa Allah Swt Maha Adil dan Maha Penyayang. Dia menciptakan takdir bukan
untuk main-main, tetapi mengandung hikmah dan rahmah bagi manusia. Memang tiada
sesuatu yang terjadi di alam semesta kecuali sudah ada ketetapannya di buku
“Lauhul Mahfuz” “ Tiada sesuatu
bencanapun yang menimpa di bumi dan tiada pula ada di dirimu sendiri, melainkan
sudah tertulis di buku Lauhul Mahfuz. sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya
yang demikian itu mudah bagi Allah Swt maka kamu jangan berduka cita terhadap
apa yang sudah luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap
apa yang kamu peroleh dan Allah Swt tidak suka pada orang yang sombong lagi
membanggakan diri.” ( QS.57:22-23)
Dari ayat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa semua
peristiwa sudah ditetapkan terlebih dahulu di buku Lauhul Mahfuz sebagai :
* Sunatullah -
Peraturan Allah Swt yang harus dipatuhi oleh makhluknya: sistem, sifat, fungsi,
dan bentuk.
*
Takdir-Ketetapan Allah Swt mengenai kejadian, peristiwa , dan nasib yang akan
muncul.
* Qadha-
Takdir yang sudah tiba waktunya yang pasti berlaku atau sedang berjalan. Entah
sudah berapa lama takdir dan sunatullah itu terhimpun di Lauhul Mahfuz, namun
ia tidak akan mengalami pergantian atau perubahan sedikitpun karena sesuatu,
kecuali jika Allah Swt menghendakinya.
“…...Maka sekali-kali kamu tidak akan menemui penggantian bagi
sunatullah, juga sekali-kali kamu tidak akan menemui penyimpangan bagi
sunatullah”. (Qs.35:43)
” …..Sesungguhnya Allah Swt berbuat apa yang Ia Inginkan.” ( QS:22:14)
“Allah menghapuskan apa yang dia menghendaki dan menetapkan pula
apa yang Dia kehendaki. Dan di sisi-Nya terdapat umul kitab ( Lauhul Mahfuz)”
( QS:13:39)
HAKEKAT ISLAM
Dalam Al-Quran kalimat al-Islam paling tidak menggambarkan 4
pemahaman yang dapat dipetik:
- Islam kontradiktif sebuah kesyirikan. Alloh swt berfirman :
Katakanlah:
"Sesungguhnya Aku diperintah supaya Aku menjadi orang yang pertama kali
menyerah diri (kepada Alloh), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang
musyrik." (Qs. Al-An’am:14)
- Islam kontradiktif sebuah kekufuran. Alloh swt berfirman:
Apakah (patut) dia menyuruhmu
berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam? (Qs. Al-Imran:80)
- Islam bermakna ikhlas kepada Alloh swt . Alloh swt
berfirman :
Dan siapakah yang
lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada
Alloh (Qs. An-Nisaa’:125)
- Islam bermakna al-Khudu’(ketundukan) dan
al-Inqiyadh (kepatuhan). Alloh swt berfirman :
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu,
dan berserah dirilah kepada-Nya(Qs. azZumar : 54
Jika dlihat dari asal maknanya, baik
menurut bahasa maupun menurut apa yang dipahami di dalam Al-Quran, maka Islam
–sebagaimana yang dinayatkan oleh Dr. Shalah ash-Shawy- adalah :
Menyerahkan diri
secara mutlak kepada Alloh serta tunduk dan patuh dengan
hidayat yang diturunkan kepada para Rasul-Nya
Makna Islam tersebut berarti mengandung 2 asas utama, yaitu:
1. Penyerahan diri secara mutlak kepada Alloh swt serta
2. Tunduk dan patuh kepada syariat yang dibawa oleh para
rasul-Nya.
Muhammad bin Abdul Wahhab menambahkan asas makna Islam ini
menjadi tiga yang diistilahkannya dengan tauhid, taat,
dan bara’ah dari syirik. Dia berka
Islam adalah
berserah diri kepada Alloh dengan tauhid, tunduk, dan patuh kepada-Nya dengan
keta’atan serta membebaskan diri (bara’ah) dari syirik
Asas ketiga yang menjadi tambahan dari dua asas sebelumnya
ialah:
3. Membebaskan diri dari berbagai bentuk kesyirikan (al-Bara’ah
miin asy-Syrik)
Pemusatan pada kepercayaan dan ketundukkan yang benar berarti
menjadikan Alloh sebagai satu-satunya arah dan tujuan hidup yang didapat
melalui hidup sesuai dengan syariat Alloh yang diajarkan oleh para utusan-Nya
setulus hati nurani. Ketulusan itu dibuktikan melalui tiga hal :
1. Meyakini secara kokoh bahwa Alloh swt Maha Esa pada
dzat-Nya, sifat-sifat-Nya, nama-nama-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya serta
tidak ada sekutu bagi-Nya.
2. Mempersembahkan pengabdian / peribadatan kepada Alloh
Maha Esa Yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan
3. Berhukum kepada syariat-Nya semata dan bukan kepada
undang-undang atau hukum-hukum lainnya
HAKEKAT IBADAH
Pengertian ibadah:
Merendahkan hati dihadapan Allah dengan cara melakukan segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Maka ibadah berarti puncak merendahkan hati dan cinta..
Ketika seorang muslim benar-benar memahami makna dari
kata-kata ini, maka tidak ada yang akan merasa bangga atas ibadahnya, melainkan
semakin tawadhu (rendah hati)..
sebuah kata yang
mencakup semua sikap yang dicintai dan diridhoi Allah, baik perkataan maupun
perbuatan, baik lahir maupun batin.
inilah yang disebut ibadah secara universal.
jadi ibadah itu tidak melulu dikaitkan dengan sholat, zakat,
puasa, haji, dsb itu..
namun lebih luas lagi cakupannya. misal, ketika kita
melakukan suatu hal dengan niat untuk mencari ridho Allah, itu dapat dihitung
sebagai suatu ibadah.. namun jelas hal yang dilakukan itu pastilah yang sesuai
dengan syariat Islam.. bukan menuju pada kemaksiatan.
Yang berhak disembah hanya Allah SWT semata, dan ibadah
digunakan atas dua hal :
1. Pertama: menyembah, yaitu merendahkan diri kepada Allah
SWT dengan melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya
karena rasa cinta dan mengagungkan-Nya.
2. Kedua: Yang disembah dengannya, yaitu meliputi segala
sesuatu yang dicintai dan diridhahi oleh Allah SWT berupa perkataan dan
perbuatan, yang nampak dan tersembunyi seperti, doa, zikir, shalat, cinta, dan
yang semisalnya. Maka melakukan shalat misalnya adalah merupakan ibadah kepada
Allah SWT. Maka kita hanya menyembah Allah SWT semata dengan merendahkan diri
kepada-Nya, karena cinta dan mengagungkan-Nya, dan kita tidak menyembahnya
kecuali dengan cara yang telah disyari'atkan-Ny
Manusia Yang Paling Sempurna Ibdahnya Orang yang paling sempurna
dalm beribadah kepada Allah adalah para Nabi dan Rasul, karena mereka adalah
orang yang paling tahu tentang Allah dan yang paling mengagungkan-Nya dibanding
selain mereka, lalu Alah tambahkan kemuliaan mereka dengan menjadikannya
sebagai rasul yang diutus kepada manusia, sehingga mereka memperoleh kemuliaan
risalah dan kemulian khusus dalam beribadah. Kemudian setelah mereka adalah
para siddiqin yang sempurna dalam
beriman kepada Allah dan para utusan-Nya serta istiqamah diatasnya, kemudian
para syuhada dan orang-orang yang shaleh. Sebagaimana firman-Nya:
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka
itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah,
yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin orang-orang yang mati syahid, dan orangorang
saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.(QS. An-Nisa :69)”
HAKEKAT DZIKIR DAN DOA
Pertama : Dzikir Qalbiyah, dzikir ini adalah merasakan
kehadiran Allah, dalam melakukan apa saja ia meyakini akan kehadiran Allah SWT
bersamanya sehingga hatinya selalu tenang tanpa ada rasa takut sedikit pun.
Kedua : Dzikir Aqliyah, adalah kemampuan menangkap bahasa
Allah SWT dibalik setiap gerak alam semesta ini. Menyadari bahwa semua gerakan
alam, Allah lah yang menjadi sumber gerak dan yang menggerakkannya.
Ketiga : Dzikir Lisan, ini adalah buah dari dzikir hati dan
akal. Setelah melakukan dzikir hati dan akal, barulah lisan berfungsi untuk
senantiasa berdzikir, selanjutnya lisan berdoâ dan berkata-kata dengan benar,
jujur, baik dan bermanfaat.
Keempat : Dzikir Amaliyah, sebenarnya cita-cita kita semua
adalah dzikir amaliyah, dan ini sebenarnya goal atau tujuan yang kita inginkan
dari dzikir. Setelah hati kita berzikir, akal kita berzikir, lisan kita
berdzikir, maka akan lahirlah jiwa-jiwa serta pribadi-pribadi yang suci,
pribadi-pribadi yang berakhlaq mulia, baik secara lahir maupun bathin. Dari
pribadi-pribadi tersebut akan lahirlah amal-amal shaleh yang diridhai oleh
Allah SWT, sehingga terbentuk sebuah masyarakat yang takut serta bertaqwa
kepada Allah SWT.
” Wahai org yang beriman, Ingatlah dengan ingatan/dzikir yang
banyak. (QS. Al-Ahzab:41)”
“Ingatlah, saya akan memberitahu kalian tentang sebaik-baik
amal kalian, paling sucinya amal kalian di sisi Raja Kalian, Paling tingginya
amal kalian dalam Tingkatan beberapa Derajat, dan Paling baiknya Pemberian
daripada emas dan perak, Jika kalian Bertemu musuh-musuh kalian (Hawa nafsu),
maka kalian akan memukul leher-leher mereka(ganti) memukul leher-leher kalian,
Para sahabat bertanya:” Apa itu Wahai Rosululloh?..Beliau menjawab: Dzikrulloh”
(HR.Baihaqi dari Ibnu Umar, Kanzul Ummal 1/428.)
“Hari Kiamat tidak akan sampai terjadi sampai di bumi ini
hingga tidak ada yang mengucap Alloh, Alloh” (HR.Muslim dari Anas Bin malik )
“Ingatlah Aku(Alloh), maka aku akan mengingatmu” (Al Baqarah
:152)
Dzikir
adalah merupakan Rukun yang sangat kuat dalam menuju Al-haq bahkan keberadaannya
merupakan tiang, tiada akan menyampaikan kepada Al haq kecualai melanggengkan
istiqamah dzkir, Dzikir ada dua macam Yaitu dzkir lisan dan dzkir qolbu
(HR.At-Tarmudzi dari anas bin malik) Dzkir lisan mengantarkan hamba kepada pada
kelanggengan dzikir Hati/qolbu, Dzikir lisan Punya pengaruh untuk mengantarkan
kepada dzkir Hati.
Sejatinya, dzikir membentuk pribadi yang
bertaqwa. Yaitu amat taat terhadap perintah Allah dan berjuang maksimal
menjauhi larangan Allah. Orang yang berdzikir sadar betul bahwa ia senantiasa
berada di bawah tatapan dan perintah-Nya.
Puncak
dzikir adalah ketika kita telah mampu menanggalkan atribut-atribut artificial
yang kita sandang. Yakni kita benar-benar telah bebas dari keinginan-keinginan
pribadi. Semua tindakan kita didasarkan pada prinsip lillahi taâla (hanya
karena Allah). Pada stadium inilah keikhlasan dan ihsan itu berada. Pada saat
itu kita akan menemukan kesadaran akan nilai-nilai ilahiyah dan kemanusiaannya.
Seperti memiliki kelembutan hati, kehalusan budi pekerti (akhlak), keadilan,
keberanian, kasih sayang, kejujuran, amanah, kedermawanan, keikhlasan, dan
ketaâtan untuk mencapai ridho Allah SWT. Kemudian hidup ini akan senantiasa
sibuk memperbaiki diri dan dibarengi dengan amal shaleh. Itulah derajat taqwa
yang ingin kita raih bersama.
POKOK-POKOK
KEIMANAN
“Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan)
hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa (QS. Albaqarah
ayat 177).”
Abu
Sulaiman Ad Darani telah menyatakan : Pokok dari setiap kebaikan di dunia dan
di akhirat adalah takut kepada Allah,dan kunci dunia itu adalah perut yang
kenyang,sedangkan kunci dari akhirat perut yang lapar.Rasa takut kepada Allah
akan dapat mengubah letak buku catatan amal perbuatan manusia,suatu ketika di
geser ke kanan setelah berada di tangan
kiri.
Adapun
pokok dari segala kebaikan menurut Abu Sulaiman itu ada tiga : Takut kepada
Allah, menjauhi kemewahan dunia,dan mengejar pahala akhirat.Jadi bagi hamba
Allah,ketika (memperoleh kenikmatan berupa)sehat maka ia harus merasa takut
kepada Allah dan selalu berharap kepada-Nya,agar rasa takut tersebut dapat
mencegahnya dari perbuatan maksiat.Sedangkan harapannya kepada Allah dapat
membangkitkan semangat untuk mengerjakan amal shaleh.
Orang
yang selalu berharap kepada Allah,ibadahnya di anggap lebih utama(daripada
lainnya),karena dalam dirinya terdapat rasa cintanya kepada Allah melebihi
orang yang ketakutan.Seorang raja tentu akan membedakan perlakuannya terhadap
pelayan yang melayaninya karena takut akan siksanya,dengan seseorang yang
melayaninya karena mengharapkan hatinya dab terdapat pelayan yang melayaninya
tanpa mengharapkan apa-apa.
Dan
perkara dunia itu akan terbuka dengan sendirinya karena adanya rasa
kenyang,sedang perkara akhirat hanya akan terbuka jika ada rasa lapar.
HAKEKAT HIDAYAH
“Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul
perseli-sihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira
juga pemberi peringatan, dan Allah menurunkan ber-sama mereka Kitab yang benar,
untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka
perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah
didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka
keterangan-keterangan yang nyata, karena deng-ki antara mereka sendiri. Maka
Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal
yang mereka perselisihkan itu dengan kehendakNya. Dan Allah selalu mem-beri
petunjuk orang yang dikehendakiNya kepada jalan yang lurus.” (Al-Baqarah: 213).
Sebagian orang berpandangan bahwa hidayah itu gratis dari
Allah dan akan diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki. Sehingga, mereka
beralasan ketika masih dalam kemaksiatan, ”Kita kan belum dapat hidayah.”
Di sisi lain, ada orang yang tidak ingin memperoleh hidayah.
Mereka menganggap petunjuk agama hanya seperti candu yang tidak membantunya
sama sekali dalam meraih kesuksesan. Benarkah hidayah diberikan gratis, tanpa
upaya dari kita untuk meraihnya? Hidayah terambil dari huruf-huruf ha’, dal,
dan ya’, yang artinya menunjuki atau menuntun kepada sesuatu. Sedangkan dalam
Alquran dan sunah dipakai untuk sesuatu yang dapat mengantarkan kepada
kebenaran agama. Dalam konteks ini, Alquran disebut hidayah karena mampu
mengantarkan kepada kebenaran.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Alquran ini memberikan
petunjuk kepada yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang
Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”.
(QS Al Isra [17]: 9).
Rasulullah juga disebut hidayah karena mampu mengantarkan
pada jalan yang benar. Allah SWT berfirman, ”…. Dan sesungguhnya engkau
(Muhammad) memberi petunjuk ke jalan yang lurus.” (QS As Syura [42]: 52). Allah
SWT memberi hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki. Namun, hal ini bukan
berarti Allah SWT memberi hidayah kepada siapa saja tanpa syarat. Karena, Allah
hanya memberi petunjuk kepada mereka yang siap dan lapang dalam menyambut
kedatangannya.
Allah SWT tidak akan memberi hidayah kepada orang yang
berpaling, menutup diri, dan kontinu dalam kemaksiatan. Sehingga, Allah SWT
tidak akan memberi petunjuk kepada orang kafir, zalim, dan fasik, sebagaimana
firman-Nya dalam surat Al Baqarah ayat 264, Al Maidah ayat 51 dan 108. Di sisi
penerima hidayah, dia harus bisa mengambil keputusan secara tepat.
Berpikir secara sungguh-sunguh dan ikhlas menjadi keniscayaan
agar tidak tergelincir kepada jurang kesesatan. Allah SWT berfirman, “Dan kami
telah memberi petunjuk kepadanya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada
yang kufur. Sesungguhnya kami yang menyediakan bagi orang-orang kafir rantai
belenggu, dan api neraka yang menyala-nyala. Sesungguhnya orang yang berbuat
kebaikan minum dari gelas yang berisi minuman kafur (dari mata air syurga yang
lezat).” (QS Al Insan [76]: 3-5). Raihlah hidayah, dan tetapkan hati untuk
meraih damai bersama-Nya.
KEUTAMAAN ILMU DAN ORANG-ORANG YG BERILMU
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan
keoadamu:”berlapang-lapanglah kamu dalam majelis”, maka lapangkanlah. Niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:”berdirilah kamu”,
maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadalah, 58:11)”
Selanjutnya berkenaan dengan ayat tersebut dapat dikemukakan
sebagai berikut:
Kata tafassahu pada ayat tersebut maksudnya adalah tawassa’u
yaitu saling meluaskan dan mempersilahkan.
Kata yafsahillahu lakum maksudnya Allah akan melapangkan
rahmat dan rizki bagi mereka.
Kata unsuzyu maksudnya saling merendahkan hati untuk memberi
kesempatan kepada setiap orang yang datang.
Kata yarfa’illahu ladzina amanu maksudnya Allah akan mengangkat
derajat mereka yang telah memuliakan dan memiliki ilmu di akhirat pada tempat
yang khusus sesuai dengan kemuliaan dan ketinggian derajatnya.
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Allah mempersaksikan
bahwasanya tidak ada sesembahan yang hak selain Dia, begitu juga para malaikat
mempersaksikan yang demikian itu, begitu pula ahli ilmu, demi menegakkan
keadilan, tidak ada sesembahan yang hak selain Dia Yang Maha perkasa lagi Maha
bijaksana.” (QS. Ali Imran
[3]: 18)
Di
dalam ayat ini Allah menjadikan persaksian malaikat dan ahli ilmu untuk turut
mempersaksikan keesaan-Nya Yang Maha suci. Yang dimaksud dengan ahli ilmu ialah
orang-orang yang memiliki ilmu tentang Allah, orang-orang yang memahami
agama-Nya dan mempunyai rasa takut kepada-Nya Yang Maha suci dan berusaha untuk
mendekatkan diri kepada-Nya, selalu mematuhi aturan dan batasan yang
digariskan-Nya.
para ulama yang mendapatkan taufik untuk mengemban ilmu ini
terbagi ke dalam dua tingkatan :
Tingkatan Pertama : Orang-orang yang meraih ilmu,
mengamalkannya, mendalaminya, dan bisa menarik berbagai kesimpulan hukum
darinya
Tingkatan Kedua : Orang-orang yang mampu menghafalkan ilmu
dan menyampaikannya kepada para ulama lain yang sudah dibukakan pemahaman ilmu
baginya sehingga mereka bisa menarik berbagai kesimpulan hukum dari berita yang
didapatkannya.
1 komentar:
syukron ya akhi ...
Posting Komentar